Ritual Pasukan Panser Satanik PD II, Pembaptisan Api dan Udara Berbalut Kemenyan di Bulungan
Awan hitam pekat sepertinya kembali menyelimuti Jakarta bagian selatan pada Sabtu, 12 Desember kemarin. Di sebuah spot bernama Bulungan Outdoor terlihat tampak lebih gelap dari biasanya. Awan pekat tersebut mengumpul sebagai maujud dari bentuk beraian sekumpulan manusia berkostum hitam-hitam.
Ya, lagi-lagi sebuah ritual kembali diadakan di sini.
Sebuah ritual hitam yang kembali digelar oleh Pentia Quantum bertajuk Rockaholic 2010. Kali ini giliran ritual satanik yang dipimpin oleh empat orang reinkarnasi dewa Babylon, Marduk. Mereka adalah Daniel “Mortuus” Rostén (vokal), Morgan “Evil” Steinmeyer Håkansson (gitar), Magnus “Devo” Andersson (bass), Lars Broddesson (drum). Mereka akan memimpin ritual puncak yang memang ditunggu-tunggu oleh semua manusia di sini. Sebuah ritual ala Pasukan Panser Satanik dan Pembaptisan Api yang akan mereka lakukan di penghujung acara.
Aku tiba di tempat saat sebuah kumpulan pemuja bebunyian logam hitam dari Singapore, Draconis Infernum sedang melakukan aksinya. Dengan dandanan topeng mayit khas pemuja aliran ini mereka tampak begitu intens menggelontorkan materi-materi mereka di sore itu.
Ada yang tidak biasa di udara sore di tempat ini. Sekelabat demi kelabat aku seperti mencium bau yang kukenal sebagai elemen mistikal yang biasa dipakai dalam ritual-ritual kejawen: kemenyan! Aku tidak tahu darimana bau itu berasal. Apakah dari pihak penyelenggara, penampil atau penonton sendiri yang ingin menemakan ritual hari itu dengan cara mengakulturasinya dengan elemen mistis lokal. Yang pasti bebauan ini cukup lumayan membangun suasana mistis saja.
Setelah jeda maghrib, ritual pun berlanjut. Giliran Trauma menggelar materi paradigma-paradigmanya di atas panggung. Terlihat manusia-manusia pemujanya cukup khidmat mengikuti aksi mereka. Tarian hempas pun tak terhindarkan lagi.
Ada yang aku nantikan sebenarnya dari para penampil lokal kali ini, yakni paguyuban Hellgods. Sebuah paguyuban pemuja bebunyian logam hitam yang cukup legendaris. Terakhir aku menyaksikan aksi mereka benar-benar sudah lama sekali. Mungkin sekitar tahun 90-an akhir di beberapa acara yang kerap diadakan di sebuah gedung olahraga di Bandung.
Tampak di awal aksi mereka tertimpa sedikit kendala pada piranti bebunyian. Sehingga terdengar suara yang dikeluarkan agak kurang maksimal. Aku juga merasakan ketergesa-gesaan pada performa mereka. Namun paling tidak materi hitam fenomenal Kabut Keabadian mereka bawakan walau dengan versi yang berbeda dari aslinya di penghujung aksi.
Jeda panjang pun kembali terjadi. Hellgods adalah penampil terakhir sebelum yang dinanti tiba sebagai pamungkas dari seluruh ritual di malam ini.
Lalu tampak beberapa orang bule berbadan besar menaiki panggung. Mereka langsung menset piranti-piranti yang ada. Aku tampak seperti mengenali sosok-sosok ini. Ya, mereka adalah para anggota dari Marduk sendiri dengan tanpa topeng mayit khas mereka. Lagi-lagi mengingatkanku pada apa yang dilakukan Napalm Death dan Dying Fetus yang juga melakukan hal yang sama.
Setelah cukup lama acara mengutak-atik piranti ini berlangsung merekapun beringsut.
Jeda lagi.
Sembari menanti, aku masih sempat bercengkrama dengan beberapa teman berbicara apa saja tentang pandangan kami akan musik dan skena yang satu ini di Indonesia. Seorang teman sedikit mengeluhkan tentang susahnya menemukan kelompok bermusik dalam genre ini yang cukup berkualitas di Indonesia pada saat sekarang. Kebanyakan yang ada cuma terfokus pada penampilan dan bukan pada musik. Penampilan ‘lebay’ yang terkadang terlihat dipaksakan hanya demi terlihat ‘hitam’ dan ‘satanik’. Padahal perkembangan genre ini di luar lumayan signifikan. Dan pastinya tidak melulu berkutat di imaji gamblang seperti halnya topeng mayit dan atribut-atribut yang sifatnya tidak esensial berhubungan dengan musiknya sendiri.
Sampai akhirnya sesayup pun terdengar dengungan ambien dan derau-derau hitam yang mengumandang. Yang dinanti pun tiba, para Pasukan Panser Satanik dari Perang Dunia II ini pun naik ke altar panggung. Marduk telah siap dengan piranti perangnyanya. Saatnya seluruh umat manusia di area ini juga bersiap dengan Pembaptisan Api yang akan dilakukan sebentar lagi.
Tanpa basa-basi Mortuus dan pasukannya melontarkan mantra-mantra magisnya dengan rapat. Belasan materi seperti diantaranya Accuser, Wolves, Warschau, Burn My Coffin dan tentunya Baptism by Fire serta Panzer Division Marduk berhasil menyebabkan semua umat kerasukan di tempat. Tarian hempas terjadi lagi dan kali ini semakin memanas saja.
Lagi-lagi tercium bau kemenyan saat Marduk tampil. Kali ini makin menyengat.
Ritual pembaptisan yang cukup masif ini terhitung cukup berhasil menyuntikkan adiksi pada manusia di sini. Walau Mortuus terlihat minim interaksi dengan penonton, mereka dapat membuat semua penonton tidak beringsut pulang saat mereka menuntaskan ritual mereka dengan tanpa sesi pengulangan di penghujung acara.
Aku pun juga mengira bakal ada sesi pengulangan seperti halnya standar yang lazim dilakukan. Namun Marduk sepertinya ingin mengakhiri ritual ini dengan cukup ‘keji’. Rasanya seperti prosesi penggal kepala namun tetap menyisakan urat-urat leher yang membuat kepala putus namun tidak terlepas.
Akhirnya ritual “Asian Black Death Redemption” ala Marduk pun tuntas. Pentia Quantum sebagai pelaksana dapat diberi sebuah acungan jempol. Para umat dan pelaksana cukup kondusif selama acara ini berlangsung. Sebuah ritual yang cukup memuaskan. Semuanya berjalan dengan lancar.
Aku pun pulang dengan beberapa perasaan yang cukup merasuk di dada. Senang, puas dan rasa waswas akan sosok mistik yang bisa saja mengikuti.
Teks oleh Adit Bujbunen Al Buse
Foto oleh Doni Drako
Foto oleh Doni Drako
Tidak ada komentar:
Posting Komentar